ida

Surat Kepada Sahabat

Mungkin sudah berapa kali aku mem_backspace setiap kalimat yang sudah terketik begitu panjang, susah payah jari-jemari mencoba menari diantara keyboard dan menyatukan huruf demi huruf, tapi kenapa masih saja serasa tertawan haruskah kulanjutkan atau....( terhenti terdiam)...mengamati keluar jendela sejenak untuk melihat kawanan awan,tersenyum dan sedikit melambaikan tangan kepada angin yang terlihat bergegas untuk melaksanakan tugasnya, ..

Baiklah mungkin bukan saatnya keharusan tulisan itu untuk dibaca...tulisan untuk dimaknai ...atau tulisan untuk dimengerti.....meski kata yang tercoret itu dianggap hanya sebuah nyanyian yang tak merdu ataupun ingatan yang akan terlupa seketika itu juga..biarlah ....biarkanlah aku mencoba mengingat sesuatu yang pernah terlupa itu, menyanyi meski tak merdu, menulis meski aku tak kan pernah mengerti... 

Bukanlah saatnya tidak menghargai sebuah tulisan...meski hanya tulisan yang kutemukan didapur ketika hendak menggoreng tempe yang terbungkus selembar kertas..yang entah hanya beberapa kata yang masih tersisa ,entah hanya selembar halaman yang terpisah dari kawannya.,ataupun kata yang mulai samar terkena air fermentasi tempe..biarlah aku mengapresiasikannya...! 

“SURAT KEPADA SAHABAT” surat yang kudapatkan di warung soto seberang jalan...(heran???) bukan hadiah menang undian gosok disini = coba lagi, atau hadiah slogan beli 2 dapet 1 lho yaa...hehe tersurat pada selembar covernya dengan ukuran dan setebal buku Skripsi (kaget juga sih)...tersenyum mengeja...huruf demi huruf judul cover aku lihat ..tak sekedar bacaan, ada sesuatu didalamnya..semoga ada gosok disini hehe (tersenyum).., 

KEPADA SAHABAT???aku bolak-balik Tak beralamat kan kepada sahabat siapa...ataukah sengaja surat ini dibuang oleh Sang Penulisnya, dan berharap sahabatnya bisa menemukan sendiri surat ini (aneh).., ah biarlah toh kini surat ini sekarang ditanganku ..meski aku sering bertanya apakah aku sahabat ??? ah kenapa aku harus berfikir terlalu jauh..tugasku hanyalah sebagai penemu seperti aku menemukan beberapa cerita tak nyambung dan tak kan pernah tersambung dari beberapa bungkus tempe di dapurku...,tapi untuk surat setebal ini tak sekedar cerita tak nyambung yang bisa kutemui..mungkin lebih...semoga karena aku belum membukanya...hehe 

Masih teringat jelas di atas judul cover bertengger jam electronic 00:00 (midnight ) apakah harus kuartikan “bacalah ketika malam tiba,ketika bulan purnama mengintip dibalik awan...ingat setelah bunyi lonceng teng...teng..(00:00)^^^Horor ig hehe oke biarlah kita lanjuuut ...toh hari ini matahari lagi bersinar terang... 

Halaman pertama hanya selembar kertas putih...haruskah ku artikan lg??? Dalam hati “aih kertas putih mungkin yang bisa membacanya hanya orang2 tertentu kali yaa” upsz salah ternyata itu kertas belakangnya cover maafkan ...halaman pertama disuguhkan Sambutan kata proklamir mungkin lebih cocok di baca dengan notasi 45 (semangat 45 jaman doeloe maksudnya)...”Renungan Dari Perjalanan Panjang Menempuh Perputaran Waktu” bait terakhir kata proklamir itu witzzz mantep.., 

Aku membaca kata demi kata, apakah aku yang salah membaca, atau aku belum bisa membaca dengan benar ataukah ada ritual yang terlupa sebelum membuka surat ini ..ah kayak menemukan kitab Tatang Sutarma saja ...hehe ambigu??? 

Terjebak dihalaman 10 berputar-putar mencoba menggapai kata demi kata, tapi sial setiap meraih satu kata maka kata berikutnya hanya nyengir seakan berkata “tangkap aku kalau bisa”...,huft kuurungkan niatku melanjutkan.. aku pulang dengan menderita gejala pusing-pusing dan lapar...hehe aku tutup surat itu..., 

>Hari ke-2 kuberanikan diri untuk membuka kembali tepat waktu menujukkan 00:00 (real midnight)..aku lanjutkan membaca ..aku kembali melesat ke dimensi ruang menempuh perputaran waktu (sok 3D) hehe hingga aku tersungkur di rerumputan kering aku bisa merasakan angin yang berdesir panas,...aku mencoba berdiri dan membersihkan pasir yang menempel dipipi..aku terkejut ketika melihat orang berteriak lantang duduk ditepi tebing menatap ke langit sedang matanya mencari-cari keberadaan bintang disiang hari (????) ingin aku menghampiri dan bertanya ...tapi aku disini hanya sebagai penjelajah, yang mana diharamkan bertanya...it’s oke, 

Seketika ia berlari mengejar bayangan dalam gelap ...mencari- cari lantunan lagu kematian yang mengalun dibawa angin.. ketika yang lain bergegas mencari tempat berteduh saat hujan..ia malah bermain layang- layang, benar-benar edan 

Diamnya tak benar- benar diam dia tetap memaki , tetap berteriak, menyumpahi...tatapannya pun tak benar- benar hanya tertuju pada satu sudut, ia tetap berlari menjelajah kesudut sudut yang terlarang....ketika perbincangan itu bagai romansa yang indah ia tetap memaki, berteriak, bualan yang tak pernah ada ketika rapat pengesahan itu ditandatangani, iapun tak merasa pernah menghadirinya... Tidak pernah ada ujung perbincangan , berlalu, diam , lantas duniamu milikmu sendiri . ( duduk diseberang jalan aku melihat sambil makan Pop Corn--seru)

ia mengartikan setiap tulisan itu adalah sebuah bualan, sesuatu yang hanya bisa ia alami tak pernah ia sadari apalagi mengingatnya...tapi ia tetap menulis tanpa mengerti, tanpa memahami...GILA baginya Rumors (benar-salah) akan menyingkap sesuatu yang lebih dari pada sebuah fakta yang membosankan. 

Bukanlah sebuah kesombongan yang terlihat, karena aku melihat adegan diatas itu hanyalah di sisi dunia yang lain...semua masih terlihat wajar diam ,tatapan, senyum masih bisa diartikan...,itulah hudupmu...langkahmu,,hanya kamu yang berhak berteriak, memaki, mencaci..itulah jalanmu (es kuncung menemani untuk page 35) masih panjang... 

Perbincangan yang tak pernah aku mengerti...antara ia ..sepi...dan sunyi...kehadiran sunyi tak begitu asing lebih sering ia habisakan dengannya...tapi dimana sepi.. tak pernah kunjung juga..hingga ia memberanikan diri untuk menulis secarik surat kepada sepi, berharap sepi mungkin akan mengerti dan mau memberi jawaban..

Gemetar ia menulisnya...satu coretan satu remas lempar...dramatis...(ngantuk nungguinnya)...hingga aku terbangun dan melihat dengan hati-hati dia melipat surat itu, memasukkanya kedalam amplop kemudian diletakkannya diatas sebongkah batu dan ditindih dengan ranting kering, berharap angin mau mengantarkannya (benar2 Gila)... 

Penasaranku ingin tau apa yang sudah ditulisnya, aku mendekat ke batu membuka amplop dan membacanya ,terlihat di pojok kiri tersirat “kepada sepi” hweee selesai membaca tak kutemukan pertanyaan yang harus dijawab oleh sepi (aneh)..masih terlihat ia berbincang asyik dengan sunyi,niatan menyela kuurungkan perjalanan masih panjang baru page 65 

Suatu hari ia kembali mencari surat yang telah dibuatnya...terlihat masih diatas batu, masih tertindih ranting kering , namun angin enggan menerbangkannya, ia lihat tulisannya telah mengabur, tapi apa yang ia lakukan , ia malah merobek, meremas, dan melemparkannya Gila 

Dubrakkk ..aku melihat ia keluar dari ruangan, tetap dengan makian, umpatan tapi untuk dirinya sendiri...entah apa yang terjadi..aku mencoba melihat kedalam ruangan kelihatannya rapat yang tak mencapai mufakat...,aku kehilangan jejaknya..(aku ulang baca kembali ternyata halamannya terlompati) aku sampai di base camp itu aku melihat PEMBALASAN malam itu pembalasan tiada ampun....seakan aku ingin tertawa bahak , ingin aku mengabarkan kepada yang lain, tapi tidak ternyata setelah aku temui yang lain mereka mengkhawatirkannya, tak henti-hentinya mereka berharap cemas..., (T_T) 

Page 78 paling suka ...aku niatkan bertanya “Siapakah sang penolong malam itu??? Kok gak dilanjutken///??? 

Saatnya Pullaaaaang ....mesinnya bekerja tidak yah... monggo ditutup aja surate kelarrr  to Daa...hehe

Benar-benar harus 00:00 hehe begitulah isi surat sahabat ..apakah aku sahabat BUKAN aku hanyalah penemu dan sudah selayaknya sebagai penemu harus mengembalikannya kepada sahabat yang lain...bagaimana caranya ...atau aku buang saja ya...tidak, lebih baik aku ke warung soto seberang jalan itu saja......dan biar ku lanjutkan dengan bungkus tempe di dapurku kembali....semoga sahabat yang lain bisa menemukanya...:) 

Catatan diatas hanyalah fiksi belaka,apabila ada kesamaan nama , tokoh , dan tempat harap maklum bukan maksud...hehe kalo suratnya it's real look at the pic...:) makasih untuk sang penulisnya ...tumbs up..good setting, alur dan bisa menguasai emosi pembaca...

3 komentar:

Anonim mengatakan...

aku tidak tau apa yang harus terucap, sedangkan senja telah berlalu mengucapkan salam, mungkin malam menunggu pagi tetapi senja yang sama tidak mungkin pernah kembali lagi.........

salam

Anonim mengatakan...

mohon ijin publish

ida mengatakan...

walaikumsalam...
senja itu tadi...senja itu kemarin...senja itu dulu...adakah senja itu nanti...ah haruskah menanti senja...tidakkah ia akan tetap ada kemarin..nanti..dan esok..,memang senja takkan pernah datang dengan warna yang sama, seenggknya senja itu masih ada...meski telah memudar...:)

monggo mbah di publish...maklum lagi belajar coret-coret...makasih dah mau berbagi senja...hehe

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...